Sunnah-Sunnah Pada Hari Raya
SUNNAH-SUNNAH PADA HARI RAYA
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah, Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagiNya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya. Wa ba’du:
Kita berdo’a kepada Allah, sebagaimana Dia telah menyampaikan kita kepada bulan ramadhan dan mempermudah bagi kita menjalankan puasa dan ibadah padanya, Dia berkenan menerima semua amal ibadah kita selama bulan ramadhan sesungguhnya Dia Maha Membeli dan Menerima. Wa ba’du:
Di antara perakara yang harus diingat kembali adalah perkara-perkara yang berhubungan dengan shalat Ied dan beberapa perbuatan yang disunnahkan bagi seorang muslim berdasarkan pada sunnah-sunnah yang shahih dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di antara perbuatan tersebut adalah:
Pertama: Seorang muslim seyogyanya betul-betul memperhatikan hari Ied ini; membersihkan badan dengan mandi dan memakai wangi-wangian. Sekelompok ulama menganggap bahwa perbuatan tersebut adalah sunnah.
عن ابنِ عُمرَ رَضِيَ اللهُ عنهما أنَّه كان يَغتسل قبلَ أنْ يَغدُوَ إلى الصلاة
Dan diceritakan dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma bahwa beliau mandi sebelum pergi menghadiri shalat Ied[1]
Sebagian ahlul ilmi juga menganjurkan agar setiap muslim mencabut bulu-bulu kedua ketiaknya, memotong kuku dan yang lainnya, sebab dia berfungsi sebagai penyempurna keindahan serta seorang muslim dianjurkan memakai pakaian yang bagus.
عن ابن عمر – رضي الله عنهما -: أنه كَانَ يَلْبَسُ أَحْسَنَ ثِيَابِهِ فِى الْعِيدَيْنِ
Dan diceritakan dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhu bahwa dia memakai pakaiannya yang paling indah pada dua hari raya.[2]
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata :
وكان – صلى الله عليه وسلم – يَلْبَسُ لِلْعِيدَيْنِ أَجْمَلَ ثِيَابِهِ، فَكَانَتْ لَهُ حُلَّةٌ يَلْبَسُهَا لِلْعِيدَيْنِ وَالجُمُعَةِ
Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memakai pakaian yang paling indah pada dua hari raya, maka beliau memiliki pakaian khusus yang dipakainya pada dua hari raya dan hari jum’at.[3]
Kedua: Dianjurkan sebelum keluar menuju tempat shalat eidul fitri untuk menyantap beberapa biji kurma dengan jumlah yang ganjil, baik tiga biji, atau lima atau tujuh biji.
فعن أنسٍ – رضي الله عنه – قال: “ما كان رسول الله – صلى الله عليه وسلم – يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ تَمَرَاتٍ، ويأكلهنَّ وِتْرًا
Dari Anas Radhiyallahu anhu berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak keluar pada pagi hari Iedul Fitri sehingga beliau memakan beberapa biji kurma dan beliau memakannya dalam jumlah yang ganjil.[4]
Ketiga: Dianjurkan untuk pergi dari satu jalan dan pulang dari jalan yang lain.
كان النبيُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذا كَانَ يَوْمُ عِيدٍ خَالَفَ الطَّرِيقَ
Dari Jabir Radhiyallahu anhu berkata: Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari Ied (pergi dan pulang) pada jalan yang berbeda.[5]
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. [Al-Ahzab/33: 21]
Keempat: Disunnahkan untuk mengerjakan shalat Ied di Tanah Lapang dan kebiasaan inilah yang diketahui dari sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta selalu dikerjakannya. Sebagaimana dikuatkan oleh para ulama.
Kelima: Tidak disebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan shalat sunnah sebelum Ied atau sesudahnya di tanah tempat melaksanakan shalat Ied tersebut.
فعن ابن عباس – رضي الله عنهما -: أنَّ النبيَّ – صلى الله عليه وسلم خَرَجَ يَومَ الفِطْرِ، فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ لَمْ يُصَلِّ قَبْلَهَا ولَا بَعْدَهَا
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar pada hari Ied Fitri maka beliau mendirikan shalat dua rakaat namun beliau tidak melaksanakan shalat sunnah baik sebelumnya atau sesudahnya.[6]
فعن أبي قتادة السُّلَمي – رضي الله عنه -: أنَّ النبيَّ – صلى الله عليه وسلم – قال: إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمْ اَلْمَسْجِدَ فَلَا يَجْلِسْ حَتَّى يُصَلِّيَ رَكْعَتَيْنِ
Dari Abi Qotadah Al-Aslami bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Apabila salah seorang memasuki masjid maka janganlah dia duduk sehingga dia mendirikan shalat dua rakaat.[7]
Keenam: Apabila kembali ke rumahnya maka hendaklah dia mendirikan shalat dua rakaat.
فعن أبي سعيد الخُدْري – رضي الله عنه – قال: كان النبيُّ – صلى الله عليه وسلم – لَا يُصَلِّي قَبْلَ الْعِيدِ شَيْئًا، فَإِذَا رَجَعَ إِلَى مَنْزِلِهِ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ
Dari Abi Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu anhu berkata: bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mendirikan shalat apapun sebelum Ied dan apabila telah kembali ke rumah maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendirikan shalat dua rakaat.[8]
Ketujuh: Dianjurkan untuk mengumandangkan takbir sejak tenggelamnya matahari pada malam eid dan diwajibkan oleh sebagian ulama berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. [Al-Baqarah/2: 185].
Dan seorang muslim bertakbir sejak keluar dari rumahnya sehingga imam memasuki tempat shalat (mushola/tanah lapang). Dan takbir ini disyari’atkan berdasarkan kesepakan ulama empat mazhab.
وجاء عن ابن عمر: أنه كان يخرج للعيديْن من المسجد، فيكبر حتى يأتي المُصلَّى، ويكبِّر حتى يأتي الإمام
Diceritakan bahwa Ibnu Umar menjalankan shalat Ied di luar masjid dan beliau bertakbir sehingga sampai di tempat mendirikan shalat (tanah lapang) dan beliau tetap bertakbir sehingga imam datang[9]
Dan dari Ibnu Mas’ud bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan:
الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله و الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, dan hanya bagi Allahlah segala pujian”.
Beliau mengucapkan takbir ini di mesjid, di rumah dan di jalan-jalan.[10]
Kedelapan: Tuntutan shalat eid lebih kuat bagi jama’ah lelaki dan wanita, bahkan sebagian ulama berkata bahwa dia adalah wajib. Mereka berdalil dengan Hadits Ummu Athiyah bahwa.
أنَّ النبيَّ – صلى الله عليه وسلم – أمر بها العواتق – أي: البالغات – والحُيَّض، وأمر الحُيَّض أن يَعتزلْنَ المُصلَّى، وَيَشْهَدْنَ الخَيْرَ، وَدَعْوَةَ المُسْلِمِينَ
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan para wanita yang masih gadis untuk mengerjakannya, begitu juga para wanita yang baru baligh dan mereka yang sedang haid, namun beliau memerintahkan agar wanita yang haid menjauhi tempat pelaksanaan shalat dan mereka menyaksikan kebaikan dan berdo’a bersama bagi kaum muslimin.[11]
Kesembilan: Ucapan selamat untuk hari eid. Diceritakan dari sebagian shahabat bahwa mereka berkata pada hari Ied: تقبل الله منا ومنكم (semoga Allah menerima amal ibadah kita). Hal ini sebutkan oleh syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah.
والحمد لله رب العالمين، وصلى الله وسلم على نبيِّنا محمد، وعلى آله وصحبه أجمعين
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad dan kepada seluruh keluarga dan shahabatya.
[Disalin dari سنن العيد Penulis Dr. Amin Abdullah Asy-Syaqawi, Penerjemah Mudzaffar Sahidu bin Mahsun, Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2009 – 1430]
________
Footnote
[1] Muwaththa’ Malik: 1/189
[2]Sunan Al-Baihaqi: 3/281
[3] Zadul Ma’ad: 1/441
[4] Shahih Bukhari: 1/302 no: 953
[5] Shahih Bukhari: 1/311 no: 986
[6] Shahih Bukhari: 1/312 no: 989
[7] Shahih Bukhari: 1/160 no: 444 dan shahih Muslim: 1/495 no: 714
[8] Sunan Ibnu Majah: 1/410 no: 1293 dan dishahihkan oleh Al-Hakim dan dihasankan oleh Al-Hafiz Ibnu Hajar di dalam Fathul Bari.
[9] Sunan Al-Daruqithuni: 2/44 no: 4
[10] Mushannaf Ibnu Abi Syaibah: 2/167
[11] Shahih Bukhari: 1/310 no: 980
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/80198-sunnah-sunnah-pada-hari-raya.html